TRANSMISI SYNCHRONOUS DAN ASYNCHRONOUS
Di buku ini, kita menekankan perhatian kita pada transmisi data seri; yakni di mana.
Data yang ditransfer lebih dari satu sinyal dibandingkan dengan sinyal pada saluran paralel, sebagaimana
yang biasa dilakukan dengan perangkat 1/0 dan
jalur
sinyal komputer internal. Dengan transmisi seri, elemen-elemen pensinyalan dikirim sepanjang jalur
sekaligus. Setiap elemen-elemen
pensinyalan bisa
berarti:
Kurang dari
satu
bit: Dalam hal
ini,
contohnya, dengan pengkodean
Manchester.
Satu bit: Contohnya, NRZ-L digital
dan FSK analog.
Lebih
dari satu bit: Contohnya, QPSK.
Untuk menyederhanakan pembahasan selanjutnya, kita mengasumsikan satu bit per
elemen pensinyalan kecuali bila yang sebaliknya yang dinyatakan. Pembahasan ini
tidak
secara langsung dipengaruhi oleh
simplifikasi ini.
Perhatikan
gambar 3.13 di
mana penerima
data digital melibatkan pemeriksaan sinyal yang datang satu kali per bit waktu untuk menentukan nilai biner-nya. Salah
satu
kesulitan dalam menjalankan proses semacam
itu
adalah karena berbagai gangguan transmisi akan merusak sinyal sehingga kadang-kadang
terjadi kesalahan. Problem ini terjadi dikarenakan adanya kesulitan dalam hal waktu. Pada dasarnya tidak
ada masalah bagi receiver untuk memeriksa bit-bit yang
datang sebagaimana mestinya, yang harus diketahui adalah waktu kedatangan serta durasi dari setiap bit
pada saat diterima.
Seandainya, pengirim mentransmisikan suatu deretan bit-bit data. Pengirim
memiliki sebuah detak
yang menentukan waktu bit-bit yang ditransmisikan. Sebagai
contoh, bila data ditransmisikan pada satu juta bit per detik (1 Mbps), maka satu bit akan
ditransmisikan setiap 1 / 106 =
1 mikrodetik (µs), seperti yang tercatat pada
detak pengirim. Biasanya, receiver akan berupaya memeriksa media di tengah-tengah waktu penerimaan bit. Receiver akan menghitung waktu sampel-sampel tersebut pada
interval satu bit. Pada contoh tersebut, pemeriksaan akan terjadi setiap 1 µs. Bila
receiver menghitung waktu sampel-sampel berdasarkan atas detak miliknya sendiri, akan muncul masalah bila
detak
pada transmitter dan
receiver tidak
sama. Bila terdapat geseran sebesar 1 persen (detak pada receiver satu persen
lebih cepat atau lebih lambat dibanding detak pada transmitter), maka pemeriksaan pertama menjadi
0,01 bit waktu (0,01 µs) jauhnya dari pusat bit (pusat bit adalah 5 mulai dari bit awal sampai bit
terakhir). Setelah 50 sampel atau lebih, receiver kemungkinan mengalami kesalahan yang disebabkan karena pemeriksaan dilakukan pada waktu yang salah (50 x 0,1 = 5 µs). Bila perbedaan waktunya lebih kecil, akan tetap terjadi kesalahan
namun receiver akan mengambil tindakan lebih dulu dibanding transmitter, terlebih
bila
transmitter mengirimkan deretan bit yang cukup panjang dan bila memang tidak ada langkah-langkah
yang diambil untuk
mensinkronkan
transmitter dan receiver. Transmisi Asychronous
Ada dua pendekatan yang
paling
umum
untuk mencapai
sinkronisasi
yang
diharapkan. Pertama disebut transmisi asynchronous. Strategi dalam skema ini adalah menghindari problem yang berkaitan dengan waktu dengan cara tidak mengirimkan deretan bit yang panjang
dan tidak putus-putus. Jadi, data ditransmisikan satu karakter sekaligus, dimana setiap karakter panjangnya lima sampai delapan bit.
Waktu atau sinkronisasi harus dipertahankan hanya didalam
setiap karakter; receiver memiliki
peluang melakukan sinkronisasi
pada permulaan setiap
karakter baru.
Gambar 6.1 memberi penjelasan mengenai
teknik ini. Bila
tidak ada karakter yang
ditransmisikan, jalur diantara transmitter dan receiver dinyatakan dalam
status
idle.
Definisi idle ekuivalen terhadap elemen-elemen pensinyalan untuk biner 1.
Sehingga, idle bisa berupa adanya
tegangan negatif pada jalur tersebut. Permulaan karakter ditandai dengan suatu start bit dengan
nilai biner 0. Ini diikuti dengan
lima sampai delapan
bit yang sebenarnya
merupakan
karakter. Bit-bit karakter ditansmisikan yang dimulai dengan bit yang secara signifikan merupakan yang paling
sedikit. Sebagai contoh, untuk karakter IRA, bit pertama yang ditransmisikan adalah
bit
yang diberi label bl dalam
Tabel 3.1. Biasanya, bit-bit data diikuti oleh sebuah bit
parittas, yang karenanya
berada dalam posisi bit yang paling signifikan. Bit paritas disusun oleh transmitter semacam itu. Jumlah total bit-bit dalam karakter, termasuk
bit
paritas, bisa genap (paritas genap) atau ganjil (paritas ganjil), tergantung ketentuan
yang digunakan. Bit ini dipergunakan oleh receiver untuk mendeteksi keselahan, sebagaimana yang dibahas di Bab 7. Yang dimaksud dengan elemen akhir adalah stop element, yang berupa biner 1. Panjang
minimum untuk elemen
akhir ditentukan, biasanya
1, 1,5 atau
2
kali durasi bit
biasa. Tidak
adanya nilai
maksimum juga ditentukan.
Karena elemen akhir sama dengan status idle,
transmitter tidak akan terus mentransmisikan elemen
akhir sampai elemen akhir siap mengirimkan karakter
berikutnya.
Bila deretan
karakter dikirim, interval diantara kedua karakter tersebut menjadi
seragam dan setara terhadap elemen akhir. Sebagai contoh, bila elemen akhir sebesar
satu
bit waktu dan karakter IRA
ABC
dikirim (dengan
bit paritas genap), polanya
adalah 01000001010010000101011000011111 ... 111. Bit awal (0) memulai deretan waktu untuk sembilan elemen berikutnya, yang berupa 7-bit kode IRA, bit paritas,
dan elemen akhir. Pada
status idle, receiver mencari transisi dari 1 sampai 0 untuk menandai
permulaan karakter berikutnya dan kemudian memeriksa sinyal-sinyal input pada
satu bit
interval untuk tujuh
interval. Dilanjutkan
dengan mencari transisi 1 sampai 0 berikutnya, yang akan muncul tidak lebih cepat dibanding satu bit waktu
lagi.
Persyaratan waktu untuk skema ini sederhana saja. Sebagai contoh, karakter
IRA biasanya dikirim sebagai unit 8-bit, termasuk bit paritas. Bila receiver 5 persen lebih lambat atau lebih
cepat daripada transmitter, pemeriksaan delapan bit karakter
akan dipindahkan per 45 persen dan masih diperiksanya dengan benar. Gambar 6.1c menunjukkan dampak kesalahan dalam waktu dari magnituda sehingga
menyebabkan munculnya kesalahan pada penerima. Dalam contoh ini kita mengasumsikan rate data sebesar 10.000 bit detik (10 kbps);
maka, masing-masing bit besarnya 0,1 millisecond (ms),
atau durasi 100 µs. Anggap
saja receiver
mempunyai
kecepatan
sebesar 6 persen, atau 6 µs per bit waktu. Jadi sebagaimana contoh di atas, receiver akan
kedatangan karakter setiap 94 µs
(berdasarkan atas detak pada transmitter).
Sebagaimana yang bisa dilihat,
contoh terakhir ini
ternyata keliru.
Kesalahan semacam ini sebenarnya
terjadi karena dua hal. Pertama, bit yang
terakhir tidak diterima dengan benar. Kedua, perhitungan bit kemungkinan diluar dari
yang ditentukan. Bila bit-7 adalah 1 dan bit-8 adalah 0, bit-8 bisa jadi salah sebagai
bit
awal. Kondisi ini disebut framing
error, sebagaimana karakter plus bit awal dan
elemen
akhir yang kadang-kadang ditunjukkan sebagai frame. Framing error
kadang- kadang terjadi bila beberapa keadaan derau
menyebabkan
munculnya bit awal yang salah
sepanjang status
idle.
Transmisi asynchronous sangat sederhana dan murah namun memerlukan tambahan dua sampai tiga bit per karakter. Sebagai contoh,
untuk karakter 8-bit tanpa
bit
prioritas,
menggunakan elemen akhir sepanjang I-bit, dua dari setiap sepuluh bit tidak
membawa informasi, namun mereka hanya untuk sinkronisasi saja; sehingga tambahannya
adalah 20 persen. Tentu saja, tambahan persentase dapat dikurangi dengan
mengirimkan blok bit yang lebih besar diantara bit
awal dan elemen akhir. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 6.1c, semakin besar blok
bit, maka semakin besar
tumpukan kesalahan. Untuk mencapai
tingkat efisiensi yang lebih besar, digunakan
transmisi synchronous, yang merupakan
bentuk
lain dari
sinkronisasi.
Transmisi Synchronous
Dengan
transmisi
synchronous,
suatu blok
bit ditransmisikan
dalam
suatu deretan yang cukup mantap tanpa kode start dan stop. Panjang blok tersebut bisa
terdiri dari
bit-bit yang begitu banyak. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu di antara transmitter dan receiver, detak-nya dengan cara apapun harus dibuat sinkron. Salah satu kemungkinannya adalah dengan
menyediakan sebuah jalur detak terpisah diantara transmitter dan receiver. Salah satu
sisi
(transmitter maupun receiver) mengatur jalur secara teratur dengan
satu
pulsa pendek per bit waktu. Sisi yang
lain
mengunakan pulsa reguler ini sebagai detak. Teknik ini akan bekerja dengan baik untuk jarak pendek, namun untuk jarak yang lumayan panjang pulsa detak akan
menjadi sasaran gangguan-gangguan
yang sama seperti
yang terjadi pada sinyal data, ditambah lagi dengan adanya kesalahan dalam hal waktu.
Alternatif lain, dengan menyimpan informasi pewaktuan pada sinyal data. Untuk sinyal-sinyal digital,
hal ini bisa diperoleh dengan
pengkodean Manchester atau Manchester Diferensial. Sedangkan untuk sinyal-sinyal analog,
terdapat sejumlah
teknik
yang dapat dipergunakan; misalnya,
frekuensi
pembawa itu sendiri
juga
dapat dipergunakan untuk mensinkronkan
receiver didasarkan atas fase
fekuensi
pembawa.
Dengan
transmisi
synchronous, terdapat level sinkronisasi lain yang diperlukan, yang memungkinkan bagi receiver menentukan awal dan akhir suatu blok data. Untuk
mencapai hal ini, setiap blok diawali dengan pola bit preamble dan biasanya diakhiri dengan pola bit postamble. Selain itu, bit-bit yang lain ditambahkan ke blok data yang membawa informasi kontrol yang
dipergunakan dalam prosedur kontrol data link sebagaimana yang didiskusikan di Bab 7.
Data plus preamble, postamble, dan informasi kontrol disebut frame.
Bentuk frame
yang tepat
tergantung pada prosedur
kontrol data link
apa yang berlaku.
Gambar
6.2 menunjukkan, menurut istilah
umum,
bentuk frame khusus untuk transmisi
synchronous. Biasanya, frame diawali
dengan suatu preamble
yang disebut flag, yang
panjangnya delapan
bit. Flag yang
sama dipergunakan
sebagai postamble.
Receiver mencari
pola flag
untuk menandai permulaan
frame. Ini diikuti dengan
beberapa bit-bit kontrol,
kemudian bit-bit data
(panjangnya variabel untuk sebagian
besar protokol), bit-bit kontrol lagi, dan terakhir flag
diulang lagi.
Untuk blok data yang
cukup besar, transmisi synchronous jauh lebih
efisien dibanding transmisi asynchronous. Transmisi asynchronous memerlukan tambahan 20
persen atau bahkan lebih Informasi kontrol, preamble, dan postamble dalam transmisi
synchronous biasanya kurang dari 100 bit. Sebagai contoh, salah satu dari
skema yang paling umum, HDLC (digambarkan di Bab 7), memuat 48 bit kontrol, preamble, dan
postamble. Sehingga, untuk 1000 karakter blok data, masing-masing frame berisikan
48 bit tambahan dan 1000 x 8 = 8.000 bit data, sedangkan
persentase kelebihannya
hanya 48/8048 x 100% = 0,6%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar