Rabu, 09 Mei 2018

TRANSMISI SYNCHRONOUS DAN ASYNCHRONOUS



TRANSMISI SYNCHRONOUS DAN ASYNCHRONOUS

Di buku ini, kita menekankan perhatian kita pada transmisi data seri; yakni di mana. Data yang ditransfer lebih dari satu sinyal dibandingkan dengan sinyal pada saluran paralel, sebagaimana yang biasa dilakukan dengan perangkat 1/0 dan jalur sinyal komputer internal. Dengan transmisi seri, elemen-elemen pensinyalan dikirim sepanjang jalur sekaligus. Setiap elemen-elemen pensinyalan bisa berarti:
ˆ Kurang  dari  satu  bit:  Dalam  hal  ini,  contohnya,  dengan  pengkodean
Manchester.
ˆ Satu bit: Contohnya, NRZ-L digital dan FSK analog.
ˆ Lebih dari satu bit: Contohnya, QPSK.

Untuk menyederhanakan pembahasan selanjutnya, kita mengasumsikan satu bit per elemen pensinyalan kecuali bila yang sebaliknya yang dinyatakan. Pembahasan ini tidak secara langsung dipengaruhi oleh simplifikasi ini.
Perhatikan gambar 3.13 di mana penerima data digital melibatkan pemeriksaan sinyal yang datang satu kali per bit waktu untuk menentukan nilai biner-nya. Salah satu kesulitan dalam menjalankan proses semacam itu adalah karena berbagai gangguan transmisi akan merusak sinyal sehingga kadang-kadang terjadi kesalahan. Problem ini terjadi dikarenakan adanya kesulitan dalam hal waktu. Pada dasarnya tidak ada masalah bagi receiver untuk memeriksa bit-bit yang datang sebagaimana mestinya, yang harus diketahui adalah waktu kedatangan serta durasi dari setiap bit pada saat diterima.
Seandainya, pengirim mentransmisikan suatu deretan bit-bit data. Pengirim memiliki sebuah detak yang menentukan waktu bit-bit yang ditransmisikan. Sebagai contoh, bila data ditransmisikan pada satu juta bit per detik (1 Mbps), maka satu bit akan ditransmisikan setiap 1 / 106  = 1 mikrodetik (µs), seperti yang tercatat pada detak pengirim. Biasanya, receiver akan berupaya memeriksa media di tengah-tengah waktu penerimaan bit. Receiver akan menghitung waktu sampel-sampel tersebut pada
interval satu bit. Pada contoh tersebut, pemeriksaan akan terjadi setiap 1 µs. Bila receiver menghitung waktu sampel-sampel berdasarkan atas detak miliknya sendiri, akan  muncul  masalah  bila  detak  pada  transmitter  dan  receiver  tidak  sama.  Bila terdapat geseran sebesar 1 persen (detak pada receiver satu persen lebih cepat atau lebih lambat dibanding detak pada transmitter), maka pemeriksaan pertama menjadi
0,01 bit waktu (0,01 µs) jauhnya dari pusat bit (pusat bit adalah 5 mulai dari bit awal sampai bit terakhir). Setelah 50 sampel atau lebih, receiver kemungkinan mengalami kesalahan yang disebabkan karena pemeriksaan dilakukan pada waktu yang salah (50 x 0,1 = 5 µs). Bila perbedaan waktunya lebih kecil, akan tetap terjadi kesalahan



namun receiver akan mengambil tindakan lebih dulu dibanding transmitter, terlebih bila transmitter mengirimkan deretan bit yang cukup panjang dan bila memang tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk mensinkronkan transmitter dan receiver. Transmisi Asychronous
Ada  dua  pendekatan  yang  paling  umum  untuk  mencapai  sinkronisasi  yang
diharapkan. Pertama disebut transmisi asynchronous. Strategi dalam skema ini adalah menghindari problem yang berkaitan dengan waktu dengan cara tidak mengirimkan deretan bit yang panjang dan tidak putus-putus. Jadi, data ditransmisikan satu karakter sekaligus, dimana setiap karakter panjangnya lima sampai delapan bit. Waktu atau sinkronisasi harus dipertahankan hanya didalam setiap karakter; receiver memiliki peluang melakukan sinkronisasi pada permulaan setiap karakter baru.
Gambar 6.1 memberi penjelasan mengenai teknik ini. Bila tidak ada karakter yang ditransmisikan, jalur diantara transmitter dan receiver dinyatakan dalam status idle. Definisi idle ekuivalen terhadap elemen-elemen pensinyalan untuk biner 1. Sehingga, idle bisa berupa adanya tegangan negatif pada jalur tersebut. Permulaan karakter ditandai dengan suatu start bit dengan nilai biner 0. Ini diikuti dengan lima sampai   delapan   bit   yang   sebenarnya   merupakan   karakter.   Bit-bit   karakter ditansmisikan yang dimulai dengan bit yang secara signifikan merupakan yang paling sedikit. Sebagai contoh, untuk karakter IRA, bit pertama yang ditransmisikan adalah bit yang diberi label bl dalam Tabel 3.1. Biasanya, bit-bit data diikuti oleh sebuah bit parittas, yang karenanya berada dalam posisi bit yang paling signifikan. Bit paritas disusun oleh transmitter semacam itu. Jumlah total bit-bit dalam karakter, termasuk bit paritas, bisa genap (paritas genap) atau ganjil (paritas ganjil), tergantung ketentuan

yang digunakan. Bit ini dipergunakan oleh receiver untuk mendeteksi keselahan, sebagaimana yang dibahas di Bab 7. Yang dimaksud dengan elemen akhir adalah stop element, yang  berupa biner 1.  Panjang  minimum untuk  elemen  akhir  ditentukan, biasanya  1,  1,5  atau  2  kali  durasi  bit  biasa. Tidak  adanya  nilai  maksimum  juga ditentukan. Karena elemen akhir sama dengan status idle, transmitter tidak akan terus mentransmisikan elemen akhir sampai elemen akhir siap mengirimkan karakter berikutnya.
Bila deretan karakter dikirim, interval diantara kedua karakter tersebut menjadi seragam dan setara terhadap elemen akhir. Sebagai contoh, bila elemen akhir sebesar satu bit waktu dan karakter IRA ABC dikirim (dengan bit paritas genap), polanya adalah 01000001010010000101011000011111 ... 111. Bit awal (0) memulai deretan waktu untuk sembilan elemen berikutnya, yang berupa 7-bit kode IRA, bit paritas, dan elemen akhir. Pada status idle, receiver mencari transisi dari 1 sampai 0 untuk menandai permulaan karakter berikutnya dan kemudian memeriksa sinyal-sinyal input pada satu bit interval untuk tujuh interval. Dilanjutkan dengan mencari transisi 1 sampai 0 berikutnya, yang akan muncul tidak lebih cepat dibanding satu bit waktu
lagi.
Persyaratan waktu untuk skema ini sederhana saja. Sebagai contoh, karakter IRA biasanya dikirim sebagai unit 8-bit, termasuk bit paritas. Bila receiver 5 persen lebih lambat atau lebih cepat daripada transmitter, pemeriksaan delapan bit karakter akan dipindahkan per 45 persen dan masih diperiksanya dengan benar. Gambar 6.1c menunjukkan dampak kesalahan dalam waktu dari magnituda sehingga menyebabkan munculnya kesalahan pada penerima. Dalam contoh ini kita mengasumsikan rate data sebesar 10.000 bit detik (10 kbps); maka, masing-masing bit besarnya 0,1 millisecond (ms),  atau  durasi  100  µs. Anggap  saja  receiver  mempunyai  kecepatan  sebesar  6 persen, atau 6 µs per bit waktu. Jadi sebagaimana contoh di atas, receiver akan kedatangan karakter setiap 94 µs (berdasarkan atas detak pada transmitter). Sebagaimana yang bisa dilihat, contoh terakhir ini ternyata keliru.
Kesalahan semacam ini sebenarnya terjadi karena dua hal. Pertama, bit yang terakhir tidak diterima dengan benar. Kedua, perhitungan bit kemungkinan diluar dari yang ditentukan. Bila bit-7 adalah 1 dan bit-8 adalah 0, bit-8 bisa jadi salah sebagai bit awal. Kondisi ini disebut framing error, sebagaimana karakter plus bit awal dan elemen akhir yang kadang-kadang ditunjukkan sebagai frame. Framing error kadang- kadang terjadi bila beberapa keadaan derau menyebabkan munculnya bit awal yang salah sepanjang status idle.
Transmisi asynchronous sangat sederhana dan murah namun memerlukan tambahan dua sampai tiga bit per karakter. Sebagai contoh, untuk karakter 8-bit tanpa bit prioritas, menggunakan elemen akhir sepanjang I-bit, dua dari setiap sepuluh bit tidak membawa informasi, namun mereka hanya untuk sinkronisasi saja; sehingga tambahannya adalah 20 persen. Tentu saja, tambahan persentase dapat dikurangi dengan mengirimkan blok bit yang lebih besar diantara bit awal dan elemen akhir. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.1c, semakin besar blok bit, maka semakin besar tumpukan kesalahan. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih  besar,  digunakan  transmisi  synchronous,  yang  merupakan  bentuk  lain  dari
sinkronisasi.
Transmisi Synchronous
Dengan  transmisi  synchronous,  suatu  blok  bit  ditransmisikan  dalam  suatu deretan yang cukup mantap tanpa kode start dan stop. Panjang blok tersebut bisa terdiri dari bit-bit yang begitu banyak. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu di antara transmitter dan receiver, detak-nya dengan cara apapun harus dibuat sinkron. Salah satu kemungkinannya adalah dengan menyediakan sebuah jalur detak terpisah diantara transmitter dan receiver. Salah satu sisi (transmitter maupun receiver) mengatur jalur secara teratur dengan satu pulsa pendek per bit waktu. Sisi yang lain mengunakan pulsa reguler ini sebagai detak. Teknik ini akan bekerja dengan baik untuk  jarak pendek,  namun  untuk jarak yang lumayan  panjang  pulsa detak akan menjadi sasaran gangguan-gangguan yang sama seperti yang terjadi pada sinyal data, ditambah lagi dengan adanya kesalahan dalam hal waktu. Alternatif   lain, dengan menyimpan informasi pewaktuan pada sinyal data. Untuk sinyal-sinyal digital, hal ini bisa diperoleh dengan pengkodean Manchester atau Manchester Diferensial. Sedangkan untuk sinyal-sinyal analog, terdapat sejumlah teknik yang dapat dipergunakan; misalnya, frekuensi
 
]




pembawa   itu   sendiri  juga   dapat   dipergunakan   untuk   mensinkronkan   receiver didasarkan atas fase fekuensi pembawa.
Dengan transmisi synchronous, terdapat level sinkronisasi lain yang diperlukan, yang memungkinkan bagi receiver menentukan awal dan akhir suatu blok data. Untuk mencapai  hal ini, setiap blok diawali dengan pola bit preamble dan biasanya diakhiri dengan pola bit postamble. Selain itu, bit-bit yang lain ditambahkan ke blok data yang membawa informasi kontrol yang dipergunakan dalam prosedur kontrol data link sebagaimana yang didiskusikan di Bab 7. Data plus preamble, postamble, dan informasi kontrol disebut frame. Bentuk frame  yang tepat tergantung pada prosedur kontrol data link apa yang berlaku.
Gambar 6.2 menunjukkan, menurut istilah umum, bentuk frame khusus untuk transmisi synchronous. Biasanya, frame diawali dengan suatu preamble yang disebut flag, yang  panjangnya delapan bit. Flag yang sama dipergunakan sebagai postamble. Receiver mencari  pola flag  untuk menandai  permulaan  frame.  Ini  diikuti  dengan beberapa bit-bit kontrol, kemudian bit-bit data (panjangnya variabel untuk sebagian besar protokol), bit-bit kontrol lagi, dan terakhir flag diulang lagi.
Untuk blok data yang cukup besar, transmisi synchronous jauh lebih efisien dibanding transmisi asynchronous. Transmisi asynchronous memerlukan tambahan 20 persen atau bahkan lebih Informasi kontrol, preamble, dan postamble dalam transmisi synchronous biasanya kurang dari 100 bit. Sebagai contoh, salah satu dari skema yang paling umum, HDLC (digambarkan di Bab 7), memuat 48 bit kontrol, preamble, dan postamble. Sehingga, untuk 1000 karakter blok data, masing-masing frame berisikan
48 bit tambahan dan 1000 x 8 = 8.000 bit data, sedangkan persentase kelebihannya
hanya 48/8048 x 100% = 0,6%.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar